HASIL APRESIASI KESENIAN WAYANG KULIT
“LAKON DEWARUCI” dengan DHALANG KI MANTEB SUDARSONO
MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL (VCD)
Dalang : Ki Mantep Sudharsana
Judul : Dewa Ruci
Sinopsis Cerita
Ketika berada di Padepokan Sokalima, Resi Drona teringat dengan Bratasena yang dulu lahir dengan wujud bungkusan, yang menunjukan bahwa Bratasena mempunyai kekuatan yang kuat dan perkasa. Sengkuni mengetahui bahwa Bratasena sedang pergi bersama Resi Drona. Dalam pertemuan itu, Resi Drona menyuruh/memberikan saran kepada Werkudara untuk mencari Pohon Gung Susuhing Angin yang berada di kawah Candradimuka. Tidak lama kemudian, Werkudara langsung berangkat, dan pada saat itu juga Sengkuni, tahu dan bertanya kepada Drona tentang apa yang diperintahkannya kepada Werkudara. Drona menjawab kepada Sengkuni, bahwa ia memerintahkan kepada Werkudara supaya mencari Pohon Gung Susuhing Angin. Dronapun mengatakan bahwa ia telah menjerumuskan Bratasena.
Sengkuni dan Dursasana diperintah oleh Resi Drona supaya mengikuti dan mencari Werkudara. Pada saat itu juga Werkudara memporak – porandakan hutan dan tiba – tiba dihadang oleh dua raksasa, kemudian mereka berperang, dan pada akhirnya kedua raksasa itu berubah wujud menjadi Batara Indra dan Batara Bayu. Kedua Bathara itupun mengucapkan terima kasih kepada Werkudara. Werkudara bertanya kepada kedua raksasa itu, apa maksud dari ucapan terima kasih tersebut, kemudian kedua raksasa itu menjawab bahwa itu hanya sebagai perumpamaan bahwa, sesuatu yang jahat dapat dikalahkan oleh ketulusan hati dan beribadah/doa. Sebagai tanda terima kasih, Werkudara dihadiahi sebuah cincin yang bernama Sesotya Mustika Manik Candrama. Cincin tersebut merupakan suatu ikatan batin untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, fungsinya yaitu untuk dapat mengarungi dasar samudra yang dalam dan luas. Ternyata kedua raksasa itu adalah jelmaan Batara Indra dan Batara Bayu. Werkudara bertanya kepada Batara Indra, apa sebenarnya itu, Kayu Gung Susuhing Angin. Kemudian Batara Indra menjawab, bahwa kayu adalah pusat nafas, artinya niat yang besar itu akan dilaksanakan jika disertai dengan pengaturan nafas, heningnya pikiran mengendapnya panca inda dan tenangnya rasa. Kemudian Bratasena kembali pulang untuk bertanya lagi kepada gurunya.
Selanjutnya, Bratasena kembali kepada gurunya yaitu Resi Drona. Bratasena menceritakan bahwa ia bertemu dengan Batara Indra dan Batara Bayu dan diberi cincin Setya Manik Candrama, Bratasena pun menanyakan kembali apa ilmu kesempurnaan, kemudian Drona menjawab dan mengatakan bahwa, masih ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencari ilmu kesempurnaan tersebut. Lalu Bratasena bertanya, apa itu guru? Resi Drona memerintahkan supaya mencari air kesucian (Tirta Pawitra) yang berada di dalam samudra minangkalbu. Bratasena pun langsung berangkat.
Bratasena meminta ijin kepada ibunya, Kunthi, untuk mencari air tersebut, tetapi oleh ibunya dihalangi. Dengan tekad yang kuat, Bratasena tidak menghiraukan perkataan ibunya. Bratasenapun berangkat, dan pada saat itu juga keluar saudara – saudara Pandawa untuk mendoakan supaya Bratasena selamat.
Di tengah perjalanan, Bratasena dicegat oleh Anoman, Tunggal Bayu, Kaka Maenaka, Jajag Moreke, Gajah Situ Banda, supaya Bratasena itu kembali pulang. Dengan tekad yang kuat, Bratasenapun tidak mau disuruh pulang, hingga akhirnya terjadilah perang di antara mereka. Pada akhirnya, perang itu dimenangkan oleh Bratasena, kemudian Anoman, Tunggal Bayu, Kaka Maenaka, Jajag Moreke, Gajah Situ Banda berkata supaya berhati – hati di jalan, tak lama kemudian Bratasena melanjutkan perjalanannya kembali.
Sampailah Bratasena di tepi samudra yang sangat luas, layaknya tidak ada tepi, ombak yang besar, kilat yang menyambar, Bratasena menyelam ke dasar laut mmencari Tirta Pawitra. Sebelum sampai ke dasar laut, ia bertemu dengan ular sebesar pohon Pal, Bratasena pun bertarung, yang akhirnya dimenangkan oleh Bratasena. Tak lama kemudian muncul lah Dewa Ruci memberitahukan kepada Bratasena bahwa dirinya telah mampu menahan hawa nafsunya , ditandai dengan dimenangkannya Bratasena pada saat bertemu dengan ular yang menyerangnya. Setelah itu, menyembahnya Bratasena kepada Dewa Ruci, dan kembali bertanya bagaimana jalan menuju kesempurnaan dan kebahagiaan yang abadi itu. Maka disuruhlah Bratasena masuk kedalam tubuh Dewa Ruci. Dan di dalam tubuh Dewa Ruci, Bratasena merasa sangat senang, tantran dan nyaman. Kemudian Dewa Ruci mengatakan bahwa, kau artinya sudah dapat menyikapi tabir waktu dengan Tuhan. Dan kemudian berkata Dewa Ruci ,kepada Bratasena, jangan terkejut adanya cahaya yang beraneka warna menunjukan bahwa dalam diri Bratasena hatinya suci.
Permadi bertemu dengan Drona menanyakan keberadaan Bratasena, dan sesuai dengan janji Drona, bahwa jika sampai tengah hari Bratasena belum kembali, Drona akan menyusulnya. Berangkatlah Drona mencari Bratasena yang pada akhirnya ditemukan di laut. Setelah itu, Dronapun berbicara dengan keponakannya di dasar laut. Ia berjanji bahwa ia akan melakukan apa saja untuk menjaga Bratasena.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar